SEKALI SEPANJANG HAYAT

with Tidak ada komentar

SEKALI SEPANJANG HAYAT

Renungan Berhaji Seorang Muslim Feminis

Penulis: amina wadud
Penerjemah: Endah Raharjo
Penyunting: Hanafi, S.Th.I.,M.A
Tebal: xvi + 252 hlm
Dimensi: 14 x 21 cmRina Widyawati

Dibaca sekilas oleh muslim Indonesia, isi buku ini—mungkin— terasa cukup datar, atau lebih tepatnya elementer, sebab kehidupan sehari-hari seorang muslim Indonesia, khususnya yang terlahir dalam keluarga besar muslim, sejak bangun pagi hingga kembali tidur sudah dilingkupi aroma Islam yang pekat. Setiap tarikan nafas adalah “Islam”. Kata “bismillah” selalu diucapkan mengawali setiap tindakan. Azan terdengar lima kali sehari dari seluruh penjuru langit. Namun bagi amina, yang terlahir di Amerika, azan yang dapat dia dengar lima kali sehari itu menjadi sangat istimewa.

Namun jika dibaca lebih fokus, khususnya pada bab 6 tentang pengalamannya berhaji, akan kita temukan beberapa kritik tajam tentang praktik-praktik ibadah haji di Saudi Arabia. Ia dengan tegas menyatakan bahwa untuk berhaji, muslim harus “tunduk” pada pengelolaan jemaah oleh pemerintah Saudi yang praktiknya bukan hanya tidak tertib, melainkan tidak ramah dan tidak adil pada perempuan, sejak detik pertama tiba di bandara. Aku mengalami hal yang sama meskipun bagi amina jemaah haji Indonesia tampak “tertib dan menyenangkan dilihat” hingga rasanya dia ingin bergabung dalam bus yang mengangkut jemaah Indonesia yang baru turun dari pesawat menuju terminal kedatangan. Pernah pula amina berencana untuk melakukan protes di dalam Masjidilharam dengan cara yang teatrikal: masuk masjid berbusana laki-laki, dikawal oleh sahabat-sahabat laki-lakinya, menuju ke ruang salat laki-laki, dan di sana akan membuka jubahnya, untuk menunjukkan bahwa dirinya perempuan. Tapi rencana itu tak pernah terlaksana dan dalam memoarnya ini amina tidak menjelaskan mengapa dia membatalkannya. Protesnya itu didasari oleh cara pemerintah Saudi—yang berhubungan dengan pengelolaah ibadah haji—membatasi ruang salat untuk jemaah perempuan di dalam Masjidilharam dan waktu jemaah perempuan untuk salat di Raudah.

Leave a Reply