Pada Minggu, 23 Juni 2024, Sekolah Agama Leluhur (SAL) Angkatan II diselenggarakan oleh ICIR Rumah Bersama, CRCS UGM, Yayasan LKiS, dan MLKI. Acara ini menjadi wadah penting bagi pengembangan dan penguatan kapasitas penganut agama leluhur dalam mengupayakan pemajuan kewargaan inklusif. Mengusung tema “Penghayat Berdaya Berjejaring Untuk Kewargaan”, SAL tahun ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kewargaan penganut agama leluhur melalui berbagai kegiatan edukatif dan interaktif.
Tujuan utama dari Sekolah Agama Leluhur ini adalah untuk meningkatkan kapasitas kewargaan penganut agama leluhur, sehingga mereka dapat lebih berdaya dan mampu menjalin jejaring yang lebih luas demi tercapainya kewargaan inklusif. Tahun ini, SAL memprioritaskan peserta yang memiliki atau tergabung dengan UMKM serta pemuda penghayat, baik pria maupun wanita, dengan komposisi peserta yang seimbang antara kaum muda dan sesepuh. Fokus ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih konkret dalam kehidupan sehari-hari peserta.
Pembukaan Acara yang Penuh Kehangatan
Acara dibuka dengan sambutan yang hangat dari Pak Bambang, Ketua MLKI DIY. Dalam sambutannya, Pak Bambang menekankan pentingnya acara ini sebagai upaya untuk memperkuat identitas dan peran penganut agama leluhur dalam masyarakat. Beliau juga mengapresiasi kolaborasi antara ICIR Rumah Bersama, CRCS UGM, Yayasan LKiS, dan MLKI dalam menyelenggarakan acara ini.
Selanjutnya, Mas Anchu dari CRCS UGM menyampaikan apresiasi dan pentingnya acara ini dalam konteks akademis dan sosial. Menurutnya, Sekolah Agama Leluhur tidak hanya memberikan wawasan tentang ajaran leluhur tetapi juga memperkuat posisi sosial para penghayat dalam masyarakat modern. Pembukaan ditutup dengan doa yang khidmat dari Agus Susilo, menandai dimulainya rangkaian kegiatan yang penuh makna.
Sesi 1: Diskusi Pengantar Agama Leluhur
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi pertama yang membahas Diskusi Pengantar Agama Leluhur. Pada sesi ini, peserta diajak untuk mendalami trilogi pengetahuan dan laku dalam agama leluhur, yaitu:
- Sangkang Paraning Dumadi: Memahami asal-usul kehidupan dan tujuan akhir dari eksistensi manusia. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki asal-usul yang sama dan tujuan akhir yang luhur, yaitu kembali kepada Sang Pencipta.
- Manunggaling Kawula Gusti: Konsep penyatuan antara manusia dengan Sang Pencipta. Dalam ajaran ini, diharapkan setiap individu dapat merasakan kedekatan dan kesatuan dengan Tuhan dalam segala aspek kehidupan, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari yang penuh kasih dan kebijaksanaan.
- Memayu Hayuning Bawono: Upaya untuk memperindah dan memperbaiki dunia. Konsep ini menekankan pentingnya peran manusia dalam menjaga harmoni alam dan sosial, serta kontribusi positif dalam masyarakat untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Diskusi ini membuka wawasan peserta mengenai inti dari ajaran agama leluhur dan bagaimana implementasinya dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan yang lebih harmonis. Selain itu, peserta juga diajak untuk merenungkan nilai-nilai spiritual dan etika yang dapat diterapkan dalam konteks modern.
Sesi 2: Presentasi Kelompok
Pada sesi kedua, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan presentasi mengenai berbagai topik yang relevan dengan tema acara. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan pandangan dan pengalaman mereka terkait penerapan ajaran agama leluhur dalam kehidupan sehari-hari.
Presentasi kelompok ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan belajar dari pengalaman satu sama lain. Diskusi dalam kelompok juga memungkinkan peserta untuk menemukan solusi bersama atas berbagai tantangan yang dihadapi oleh penganut agama leluhur dalam kehidupan mereka. Beberapa topik yang dibahas meliputi:
- Pengembangan UMKM berbasis nilai-nilai leluhur
- Peran pemuda dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi leluhur
- Strategi meningkatkan keterlibatan penganut agama leluhur dalam masyarakat
Setiap kelompok menampilkan ide-ide kreatif dan inovatif yang diharapkan dapat diimplementasikan dalam komunitas mereka masing-masing. Diskusi ini tidak hanya memperkaya wawasan peserta, tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka.
Dampak dan Harapan
Sekolah Agama Leluhur (SAL) Angkatan II telah menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan penganut agama leluhur dan membangun masyarakat yang lebih inklusif. Dengan adanya acara ini, diharapkan para penganut agama leluhur semakin berdaya dan mampu menjalin jejaring yang lebih luas untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan inklusif.
Para peserta merasa mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini, baik dari segi pengetahuan maupun pengalaman. Mereka mengaku lebih percaya diri dan termotivasi untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, jaringan yang terbentuk selama acara ini diharapkan dapat menjadi modal sosial yang berharga untuk mendukung kegiatan-kegiatan positif di masa mendatang.
SAL Angkatan II berhasil menciptakan suasana yang inklusif dan kolaboratif, memberikan dampak positif bagi peserta dalam meningkatkan kapasitas kewargaan mereka. Keberhasilan acara ini tidak terlepas dari kerjasama yang solid antara ICIR Rumah Bersama, CRCS UGM, Yayasan LKiS, dan MLKI. Semoga acara ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih besar di masa mendatang, serta menjadi inspirasi bagi inisiatif serupa di berbagai tempat.
Dengan semangat “Penghayat Berdaya Berjejaring Untuk Kewargaan”, Sekolah Agama Leluhur diharapkan terus menjadi motor penggerak bagi penganut agama leluhur untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan harmonis.
Leave a Reply