Menggagas Hijrah yang Ekologis

with Tidak ada komentar

Sebagai sebuah fenomena sosial mutakhir, hijrah di kalangan milenial merupakan proses konversi dari yang sebelumnya kurang kaffah dalam mengaplikasikan ajaran agama menuju ke-kaffah-an. Dalam konsep lain kita mungkin telah mengenal ‘kelahiran kembali’, mirip dengan hal tersebut. Kalau dalam istilah para sarjana studi agama disebut sebagai intrakonversi. Di mana konversi dari yang semula tidak begitu ketat dalam mengaplikasikan ajaran menuju implementasi yang totalitas.

Di sini pembentukan pemaknaan hijrah yang baru dan produktif dengan menggunakan pendekatan apresiatif-kritis. Makna hijrah yang kini telah menjadi dogma di kalangan milenial dilanjut dengan memberi kritik diupayakan sebagai sarana menuju pemaknaan yang sempurna dan tidak hanya menjadi proses pembenahan diri. Pemaknaan hijrah yang seperti itu masih kurang memberi kemaslahatan karena hanya berhenti pada titik pembenahan diri secara pribadi. Sementara makna baru hijrah yang diajukan kepada pembaca melampaui itu semua.

Lebih jauh lagi hijrah ini dapat ditiupi ruh baru untuk lebih memerhatikan antara relasi manusia dengan alam. Dengan demikian terjadi tiga kelindan erat yang sirkular antara manusia, alam, dan Tuhan. Diskursus tentang alam (ekologi) memang nyaris tidak ditemukan di dalam gagasan hijrah yang berkembang ini. Padahal krisis lingkungan dan iklim adalah tema paling eksostis belakangan, selain tema rusaknya moral remaja. Rasa-rasanya, tidak cukup jika asosiasi makna hijrah hanya diarahkan pada pembenahan moralitas semata.

Untuk memberikan pemaknaan yang progresif maka patut kiranya melihat isu paling strategis belakangan, tidak lain adalah isu lingkungan. Juga dimaksudkan sebagai upaya agar agama tidak terbatas pada ibadah ritual dan pembenahan moral. Agama tidak hanya rules terkait dengan relasi vertikal dengan Tuhan dan horizontal dengan manusia. Lebih daripada itu, ia harus memperhatikan eksistensi alam. Dengan demikian, muncul apa yang disebut sebagai sebuah konsep yang ekosentris.

Karena hijrah telah menjangkiti mayoritas anak muda, maka dengan instrumen ini diharapkan mampu untuk mewujudkan anak muda yang berwawasan ekologis. Pemuda yang menolak watak eksploitatif terhadap kekayaan alam dan menentang segala bentuk industri ekstraktif yang merusak. Misi utamnya hijrah ini juga bukan dalam rangka perbaikan moral, melainkan pada gerak perhatian terhadap kerusakan lingkungan dan deforestasi besar-besaran. Dengan kerangka seperti itu, spirit hijrah rebih relevan dan memberikan gerakan yang progresif. Ia beranjak pada kesalehan sosial bahkan juga kesalehan ekologis.

Inilah makna hijrah sebagai sebuah usaha lompat pagar dari pemaknaan hijrah yang biasa. Selama ini makna hijrah dimonopoli oleh kelompok yang sering menutup di hadapan kerusakan lingkungan. Maka sudah saatnya kita rebut dan teriakkan dengan lantang!

*) Artikel ini ditulis oleh Moh. Rofqil Bazikh untuk seleksi peserta Forum Remaja Nasional II

Leave a Reply