Intelektualisme
dan Aktivisme
50 Tahun Arie Sujito
-
- Editor: Sutoro Eko
- Tebal: xxxii + 364 hlm.
- Ukuran: 14 x 21 cm
Ini bukan buku yang ditulis Arie Sujito, melainkan buku tentang Arie Sujito. Merakit dan menhadirkan buku ini dengan dua maksud. Pertama, memberi penghargaan alias apresiasi—yang dalam bahasa sekarang juga disebut rekognisi tetapi tanpa konversi menjadi SKS – kepada sahabat Arie Sujito, yang tahun ini berumur 50 tahun. Arie Sujito pantas memperolehnya karena dia telah mendedikasikan separuh hidupnya dengan belajar, berilmu, bergaul, bergulat, dan berjuang sebagai intelektual-aktivis, yang bermakna bagi kampus, negeri, rakyat, masyarakat, LSM, dunia politik, desa, dan berbagai komunitas lokal. Kedua, memberi inspirasi – yang dalam bahasa klasik disebut suri teladan – banyak hal tentang AS kepada banyak orang, terutama generasi muda.
Kami memberi judul buku “Sosiolog Rakyat: Intelektualisme dan Aktivisme 50 Tahun Arie Sujito”. Intetelektualisme dan aktivisme merupakan pintu masuk sekaligus rangkaian narasi untuk melukiskan sosok, eksistensi dan sepak terjang Arie Sujito dalam mengarungi dunia keilmuan di kampus dan dunia gerakan di masyarakat. “Sosiolog Rakyat” adalah judul besar buku ini, sebuah kristalisasi dan abstraksi (sebuah kosataka yang disukai AS) yang kami angkat dari perjalanan hidup Arie Sujito sebagai intelektual cum aktivis. Sebagai sebuah predikat dan posisi, “sosiolog rakyat”, tentu berbeda dengan “sosiolog yang tidak sosiologis”, yakni sosiolog yang sibuk melakukan instrumentalisasi-teknikalisasi data, bersikap anti-sosial dan anti-politik yang abai terhadap realitas dan denyut kehidupan rakyat di medan masyarakat. Sosiolog teknokratik ini suka menghitung dan menandai penduduk, yang mereka yakini sebagai perangkat “evidence based policy making”, untuk menghasilkan kebijakan-regulasi-perencanaan yang canggih-ilmiah dan berkinerja tinggi, tetapi tidak relevan dengan spirit “kehendak dari rakyat” dan “manfaat untuk rakyat”.
Leave a Reply