Abaikan Peringatan Uang Hilang

with Tidak ada komentar

Oleh Sasmito Gati

Saya Sasmito Gati, pekerjaan saya sehari-hari adalah bengkel sepeda motor yang terletak di pinggiran sungai di Dusun Kularan Triharjo Wates Kulon Progo. Bengkelku tidak begitu ramai, namun usahaku ini cukup untuk memenuhi kebutuhanku beserta anak dan istriku.

Setiap hari saya melayani para pengguna sepeda motor yang mengalami masalah seperti ban kempes, mogok atau hanya sekadar service rutin dan ganti oli. Kebiasaan saya saat memperbaiki sepeda motor pelanggan adalah mengajak ngobrol mereka. Selain menambah keakraban satu sama lain, mengobrol dengan para pelanggan sedikit banyak menambah wawasan dan pertemanan saya secara pribadi.

Saya teringat dengan pengalaman saya beberapa waktu yang lalu. Pada saat itu saya tengah sibuk memperbaiki sepeda motor salah satu pelangganku. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki kira-kira berusia 60-an tahun dengan ponsel yang masih Ia genggam menempel di telinganya. Dengan nada yang sedikit memaksa, ia meminta tolong untuk ditambalkan ban roda belakangnya yang bocor tapi harus cepat.

Saya menawarkan untuk mengganti ban dalamnya saja agar lebih cepat, dan Ia segera menyetujuinya. Ketika sedang mengganti ban motornya,  saya mencoba bertanya, “Mengapa Bapak nampak terburu-buru?” Lalu ia pun menjawab “Nomer HP saya terpilih mendapatkan undian hadiah mobil Avanza, Mas dan ini sedang koordinasi alamat pengiriman serta syarat-syaratnya”.

Jawaban tersebut membuat saya terdiam sejenak lalu mencoba memberanikan diri untuk mengingatkannya “Pak, tolong dimatikan teleponnya dulu, jangan-jangan itu modus penipuan yang merugikan atau akhirnya minta transferan sejumlah uang” kataku.

Dengan nada yang meyakinkan ia berkata, “Ini asli,  Mas, tidak minta transferan uang. Saya malah diminta santai sambil merokok dan jangan sampai putus teleponya untuk koordinasi. Supaya tidak putus saya diminta mempersiapkan voucher pulsa seratus ribuan sebanyak tiga voucher. Itu untuk mengisi pulsaku sendiri agar tetap terhubung dengannya.”

Lalu saya ingatkan kembali agar jangan membeli voucher, tapi langsung saja membeli pulsa. Dan seandainya harus beli voucher pastikan voucher yang dibeli tersebut masuk ke nomer HP-nya, bukan malah ke orang yang ada di telepon tersebut.

Singkat cerita ban sudah terpasang dan siap untuk digunakan. “Habis berapa, Pak?” tanyanya padaku. “Empat puluh lima ribu rupiah saja, Pak,” jawabku. Lalu Ia mengeluarkan uang sembari bertanya “Mas, counter pulsayang dekat mana ya?”. “Mungkin di counter yang agak besar, Mas.” jawabku singkat sambil mengingatkan kembali bahayanya hoaks atau modus penipuan semacam itu. “Ah ya engga, Mas. Akukan orang tua udah berpengalaman.” beliau menimpali peringatanku.

Tiga hari berselang, bapak paruh baya tersebut datang kembali ke bengkelku. Lalu bercerita bahwa beberapa waktu kemarin ia ternyata tertipu dan mengalami kerugian. Ia bercerita:

“Ternyata memang benar apa kata sampean mas. Kemarin aku tertipu, voucher pulsa yang aku beli diminta untuk digesek dan diisikan. Cara mengisinya aku dipandu dari sana, dan aku diminta bacakan angka-angkanya. Kemudian baru aku disuruh ketik masukan pulsa. Tapi ada balasan dari layanan nomornya gak berlaku atau salah. Dan aku diminta gosok lagi yang satunya, caranyapun sama minta dibacakan dulu, dan tidak masuk lagi sampai yang ketiga. Aku kembali ke counter dan tak marahin penjualnya. Kata mbaknya yang jaga counter, voucher itu baru pak. Bapak yang kena tipu, angka angkanya dimasukan ke nomer yang bapak telepon, kata mbaknya.” Tuturnya sambil menghisap rokok di tangannya.”

Kemudian saya menanggapinya dengan santai dan berusaha kembali mengingatkan bahayanya penipuan dan hoaks. “Penipuan itu banyak jenisnya, Mas. Ada yang modusnya dapat hadiah, menang undian, dll., seperti yang Mas alami itu. Intinya kita harus selalu waspada dan berhati-hati, Pak dengan segala informasi yang Bapak terima agar tidak tertipu lagi.” ucapku sambil berempati terhadap apa yang dialaminya.

Leave a Reply