Kawan Muda Yogyakarta Perkuat Wacana Demokrasi Melalui Pertemuan Jaringan Muda

with Tidak ada komentar

Oleh: Fitria Titik & Akhmad Luthfi Aziz

YOGYA – Tigapuluhan orang muda berkumpul di R3 Cafe Kasihan Bantul Yogyakarta untuk membicarakan isu-isu demokrasi. “Saat ini merupakan momen di mana kontribusi kawan muda saangat penting dan diharapkan membawa pengaruh positif di berbagai sektor demokrasi” kata Noviana (31) selaku program manager YLKiS saat membuka acara.

Pertemuan yang difasilitasi oleh Yayasan LKiS tersebut berlangsung sekitar tiga jam sejak pukul 15:30 WIB membahas berbagai isu seperti pendidikan, mis-dis informasi, pers, kebebasan beragama & berkeyakinan, transpuan dan lain-lain. “Kita kan dari banyak komunitas nih ada kanal muda, SRILI, penghayat, Pers, Kebaya, dan kawan Difable. jadi isunya banyak tentunya jadi kita bisa petakan satu per satu lalu kita diskusikan secara santai” ungkap Ali (29) saat memberikan sambutan acara tersebut.

Acara tersebut diawali dengan saling sharing berbagai aktifitas dan isu yang digeluti oleh masing-masing komunitas. “Di komunitas kami banyak fokus pada diskursus Pendidikan pinggir sungai, kami menyelenggarakan pendidikan gratis semacam bimbel bagi mereka yang tinggal di bantaran kali Code Yogyakarta” Tutur Ana (24) salah seorang peserta dari komunitas Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S).

“Bagi kami yang bergerak di isu transpuan, kami tengah mengusahakan legalisasi Yayasan kami, kami sudah melakukan ini itu tapi sampai saat ini masih belum selesai. Selain itu, kami juga lagi mengusahakan bagaimana caranya ada Rumah aman bagi transpuan dan lansia di Yogyakarta” tutur Widi (34) dari Yayasan Kebaya Yogyakarta saat sharing seputar komunitasnya.

Masih bersinggungan dengan pendidikan, Rachma (30) peserta lain dari Srikandi Lintas Iman (SRILI) Yogyakarta berbagi ceritanya yang tengah mendorong modul panduan pendidikan keberagaman. “Kami sudah melakukan pelatihan untuk guru-guru PAUD di Yogyakarta, ini langkah awal dalam memperkenalkan keberagaman beragama dan berkeyakinan sedini mungkin. Targetnya, kami akan bersama-sama menyusun semacam modul pendidikan keberagaman yang dapat digunakan di PAUD-PAUD se-D.I.Y” ungkap Rachma berapi-api.

Persoalan-persoalan di atas menjadi pertanyaan sekaligus persoalan besar bagi warga khususnya kawan muda yang hidup di Yogyakarta yang harus dipikirkan solusinya bersama. “Tadi apa yang dijelaskan Ana dari P3S misalnya, mengapa pendidikan kita bisa semacam itu? Dan apa artinya?” tutur Ade Siti Barokah Mewakili The Asia Foundation (TAF) mengajak berpikir kepada seluruh peserta yang hadir.

Ia melanjutkan, “bahwa dari satu isu tersebut aja (pendidikan), kita bisa menguraikan beberapa hal, seperti belum maksimalnya sistem pendidikan kita hingga masih adanya ketimpangan dan ketidakadilan di tengah masyarakat.” Baginya, apa yang dijelaskan oleh Ana adalah bagian dari persoalan demokrasi yang dekat dengan kita. “Soal demokrasi itu persoalan yang dekat dengan teman-teman semuanya, bukan sesuatu yang jauh dan berjarak” tutup Ade.

Leave a Reply