Oleh Prima
Sebanyak 11 warga Tawang, Banyuroto, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo mengeluhkan air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) yang mencemari sumur warga. Warga sudah melaporkan peristiwa ini ke pihak yang berwenang, namun sampai sekarang belum ada jalan keluar.
“Selain bau, air sumur warga juga menjadi berwarna coklat dan berbau menyengat karena air lindi,” kata warga Tawang, Harjo Wiyono (80),Sabtu (15 Januari 2022). Air lindi dihasilkan dari air hujan yang menyiram timbunan sampah yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Harjo Wiyono (80) keluhan warga ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama dari awal berdirinya TPA kurang lebih 10 tahun. Warga sudah berulang kali menyampaikan keluhan ke pemerintah Kalurahan Banyuroto Nanggulan dan sudah ada tindak lanjut dengan menutup tampungan air lindi dengan anyaman bambu. Sebelumnya bak tampungan ini dibiarkan terbuka sehingga banyak hewan peliharaan seperti kambing dan ayam yang mati terjebur di dalamnya.
“Sebetulnya air lindi ini juga ada gunanya kalau musim kemarau bisa buat pupuk juga. Tapi kan menjadikan masalah saat musim hujan karena air ini merembes ke tanah yang kemudian mengganggu sumur sebagai air minum dan pengairan lahan,” kata Harjo Wiyono. Semestinya dibuatkan pipa dari TPA yang mengalirkan air lindi ini ke tampungan.
Usul lain dari warga, dibikinkan selokan yang memadai. Selama ini kan hanya selokan tanah. “Apalagi kan penutup tampungan air bak juga tidak sesuai “ ungkap Harjo Wiyono.
Keluhan warga ini diakui Susilo (40) selaku Kamituwo Kalurahan Banyoroto, pihaknya sudah menanggapi dan melaporkan pada dinas terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kulon Progo.
Susilo juga mengatakan bahwa dampak sampah ini luar biasa. Selain 11 warga di Dusun Tawang yang sumurnya tidak bisa digunakan karena tercemar air lindi. Bau sampah juga tercium hingga dusun tetangga, seperti Dusun Gendol dan Dlingo, termasuk kawasan sekolah dan kelurahan.
“Baunya sampai ke kalurahan juga. Waktu ada kegiatan cukup mengganggu karena busuknya benar-benar tidak tahan,” ungkap Febri Sri Handayani (31) kader desa setempat.
Ketika hal ini dikonfirmasikan ke DPUPKP Kabupaten Kulon Progo, Staff Divisi Pertamanan dan Persampahan Alexander Budiyanto (47) juga mengakui bahwa keluhan warga sekitar TPA Banyuroto juga sudah berkali-kali disampaikan. Sejauh ini menurut Alex sudah diupayakan agar lebih baik dalam mengurangi dampak yang ada. Hal itu dikatakan Alex ketika saya wawancara, 17 Januari 2022. Dia meminta saya untuk menemui atasannya langsung jika ingin penjelasan lebih lanjut. (Prima)
Leave a Reply