oleh Fitria Titik (Pemuda KLI)
Aksi klitih kembali terjadi pada Rabu (12/1/2022) sekitar pukul 05.00 WIB. Kejadian itu bermula ketika korban dan temannya sedang berboncengan motor menuju Alun-Alun Selatan untuk berolahraga. Saat melewati Jalan Veteran, korban dan temannya berpapasan dengan rombongan 5 motor yang berboncengan. Tiba-tiba rombongan tersebut berputar arah dan mengejar korban sambil mengacungkan celurit. Teman korban yang membonceng kemudian turun lalu lari masuk ke kampung, sementara korban sendiri berusaha memacu motornya untuk menghindar dari rombongan klitih tersebut. Para pelaku mengejar korban hingga berhasil mengayunkan celurit yang mengenai punggung korban. Kemudian pelaku kabur meninggalkan korban yang terluka. Kejadian itu terjadi di depan Hotel Safara. Oleh warga setempat korban dilarikan ke Rumah Sakit Hidayatullah.
Beberapa waktu sebelumnya juga terjadi aksi klitih yang membuat resah warga Jogja. Seperti yang dikabarkan melalui akun Twitter @merapi_uncover, pada 27 Desember 2021 klitih terjadi di underpass Jalan Kaliurang pada sore menjelang petang. Korban, seorang perempuan dipepet oleh 2 orang yang tidak dikenal kemudian pelaku memegang tangan korban. Pada saat kejadian korban tidak menyadari tangannya terluka. Setelah sampai di rumah ia menyadari tangannya perih dan ternyata ada 2 luka goresan di tangannya.
Maraknya aksi klitih ini tentu membuat warga semakin merasa tidak aman saat berkendara di jalan. Seperti yang diungkapkan oleh Risa salah seorang karyawan swasta, “adanya klitih bikin takut apalagi waktu pulang kerja malam. Saya pengen ada sanksi tegas gitu untuk pelaku klitih/ketua geng-nya, biar jera atau kalo bisa bubar.”
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh salah satu pengemudi ojol (ojek online) yang bernama Eko,“ Saya nggak tau klitih itu motifnya apa, sudah terlalu banyak kejadian yang meresahkan. Menurut saya klitih harus dibasmi. Mungkin dari pihak yang berwenang harus ambil keputusan dan menghukum para pelaku klitih dengan hukuman yang setimpal.”
Dari beberapa tahun yang lalu fenomena klitih ini terus terjadi hingga saat ini. Para remaja yang tertangkap klitih seringkali dilepaskan lagi karena masih di bawah umur. Sehingga tidak ada efek jera untuk para pelaku klitih. Seperti yang diungkapkan oleh Ambar, salah satu warga Jogja berdomisili di Godean, “Para pelaku klitih itu nekat karena mereka merasa dilindungi dengan umur. Ketika mereka tertangkap, karena masih di bawah umur maka mereka dilepaskan lagi. Kalo kita bales langsung ujung-ujungnya kita yang terjerat kasus hukum. Tetapi kalo kita diam saja, kita yang terancam nyawanya. Jadi perlu ketegasan dari aparat untuk memberikan hukuman yang membuat para pelaku klitih itu jera.”
Leave a Reply