Oleh : Ibu Ngatiyah
Nama saya Ngatiyah (?). Saya sudah bertani sekitar 50 tahun. Kira-kira sejak saya masih sekolah dasar. Namun, baru lima bulan yang lalu saya mendapatkan sebuah teknik menanam padi di sawah yang menurut saya hasilnya bagus.
Pengetahuan soal menanam ini saya dapatkan dari kakak saya sendiri, Kemiran (69) petani di Mindirejo, Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo. Saya sendiri tinggal di Dusun Karang, RT 43 Pendowoharjo, Sewon Bantul.
“Kang, kok panenanmu banyak sekali. Pupuknya apa to?”
Saya bertanya karena melihat panenan padi kakak saya berlimpah. Saya heran, jangan-jangan dia pakai pupuk tertentu agar panenannya bagus.
Kakak saya kemudian menjelaskan kalau dia tidak pakai pupuk rahahasia tapi kuncinya adalah pada pola tanam dan cara memupuk. “Setelah tanam berumur 12 hari, dipupuk pakai poska dan urea dimasukan ke dalam tanah, tidak disebar,” kata Kang Kamiran. Menurutnya kalau pupuk itu disebar, kintir air.
Saya kemudian mempraktikan, cara menanam padi di sawah. Pertama yang disiapkan adalah tanah dikasih pupuk kandang dulu, kemudian alatnya adalah cangkul, sabit, garuk dan blak juga tampar. Yang kedua, adalah air sebelum dipacul harus dilepi dulu supaya tanahnya basah. Yang ke tiga, dipacul ditampingi atau dipacul bagian pinggir dan ditemboki.
Setelah itu mencangkul tanah yang akan digunakan menyemaikan benih, dibuat bedengan kecil – kecil supaya di pandang menjadi indah. Selanjutnya yang ke empat menyiapkan benih/gabah. Gabah dijemur dulu lalu direndam selama satu hari satu malam. Baru ditiriskan setelah itu dipep atau ditiriskan selama satu hari satu malam lagi. Setelah itu baru disemai dan bisa di tabur di tempat bedengan kecil – kecil tadi.
“Setelah benih berumur 15–30 hari, tanah yang akan digunakan untuk menanam dibajak pakai traktor, terus diratakan. Baru kemudian ditanami benih tadi,” kata Kang Kemiran menjelaskan bagaimana menyamai benih dengan baik.
Ia juga menjelaskan cara menanam padi, yaitu diluruskan pakai tampar kemudian diukur 1 blak terus ditanami. Seperti yang disampaikan sebelumnya Kang Kemiran menjelaskan bagaimana cara memupuk yang baik. Yaitu setelah tanam berumur 12 hari dipupuk pakai poska dan urea / briket. “Caranya ngrabuk atau memupuk dimasukan ke dalam tanah supaya tidak terbawa air atau keli,” pesan Kang Kemiran.
Kang Kemiran juga menjelaskan melalui gambar di bawah ini untuk cara memupuk.
. | . | . | . | . | . | . | . | . | . | |||||||||
. | . | . | . | . | . | . | . | . | . | |||||||||
. | . | . | . | . | . | . | . | . | . | |||||||||
. | . | . | . | . | . | . | . | . | . | |||||||||
. | . | . | . | . | . | . | . | . | . | |||||||||
Untuk membersihkan gulma dan menggemburkan tanah, saya matun dengan cara menggosrok di sela-sela tanaman padi. Setalah matun tinggal menunggu panen sambil setiap 5 hari sekali dilihat airnya. Kalau sudah mulai mengering, sawah dialiri air, namun, kalau masih ada airnya di diamkan saja. Setelah panen diriti/disabiti baru dirontokan kemudian dijemur gabahnya. Setelah kering lalu digilingkan sudah menjadi beras siap konsumsi.
Leave a Reply