Mengenal 9 Bidang Budaya dalam Ajaran Kejawen Urip Sejati

with Tidak ada komentar

Keberagaman adalah sebuah keniscayaan, apalagi dalam Negara multikultural seperti Indonesia. Akan tetapi, pandangan setiap orang terhadap keberagaman ini seringkali berbeda. Ada yang memandangnya sebagai kekuatan sehingga perlu untuk dijaga dan dihormati, tetapi ada juga yang justru memandangnya sebagai sekat sehingga menimbulkan perpecahan.

            “Keberagaman adalah kodrat Tuhan, siapa yang tidak menerima keberagaman artinya dia tidak menerima kodrat Tuhan,” ujar Suroso ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (23/10). Suroso adalah salah satu Penghayat Kepercayaan dari organisasi Palang Putih Nusantara yang melestarikan ajaran “Kejawen Urip Sejati”. Menurutnya, semboyan Negara “Bhinneka Tunggal Ika” seharusnya menjadi kunci dalam kehidupan sosial kita.

            Selain itu, hal menarik lainnya yang dipaparkan Suroso adalah 9 bidang budaya yang dijalani manusia dalam kehidupan. Dasar dari 9 bidang budaya ini adalah pribadi atau diri kita sendiri. Segala kebaikan itu ada dalam lubuk hati, tetapi setiap manusia memiliki nafsu, maka penting bagi kita untuk mengontrol diri, menjiwai dan menghayati nilai-nilai yang kita yakini. Pribadi yang baik, yang dapat menyelaraskan nafsunya akan mampu menempatkan dirinya dalam masyarakat dan menebar kebaikan. Inilah bidang budaya yang ke-2 “Sosial”.

            Dalam kehidupan sosial, keberagaman semestinya tidak menjadi persoalan. Satu-satunya semangat yang dipegang adalah berbuat kebaikan dalam situasi apapun, menolong siapapun yang butuh pertolongan, atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah “Topong Rame”. Untuk menciptakan kehidupan sosial yang indah, menurut Suroso, budi pekerti itu sangat penting. Budi pekerti yang dimaksud adalah nilai-nilai yang berasal dari kearifan lokal, bukan agama. Jika masyarakat Jawa mengenal tata krama, unggah-ungguh, darma, mamayu hayuning bawana, hal ini tidak boleh hilang, khususnya bagi generasi penerus.

            Bidang budaya ke-3 adalah ekonomi, ekonomi dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia seringkali kalap dalam bidang kehidupan yang satu ini, berlomba-lomba memperkaya diri, mendambakan hidup yang serba mewah. Tapi dalam ajaran Kejawen Urip Sejati, patokan ekonomi hanya “cukup”. Sebab, kebisaan manusia untuk menjadi lebih hebat dari yang lain jika terus dituruti tidak akan berakhir.

“Jadi ekonomi tuh, standar kami cukup. Dadi nek bakulan itu wong jowo bilang tuno sathak bathi sanak. Rugi sithik, sedikit rugi tapi kita menambah seduluran, itu istilahe tuno sathak bathi sanak” ujar Suroso.

Tidak jauh berbeda dari ekonomi, bidang budaya selanjutnya adalah politik. Suroso menjelaskan, politik masuk dalam 9 bidang budaya ini karena kita sebagai warga Negara memiliki hak untuk dipilih dan memilih. Mempraktekkan politik bukan hanya dalam partai politik, dalam kehidupan sehari-hari kita juga berpolitik, bahkan dalam keluarga.

“Politik itu bicara tentang kekuasaan, kita perlu paham politik agar kita tau jika ada orang lain yang ingin menguasai kita, apakah kita hanya diperalat atau tidak,” ujar Suroso.

Bagi seorang pemimpin, prinsip yang dijunjung adalah Mengku, Mangku, Hamengkoni.

“Jadi pemimpin harus bisa membingkai masalah. Terus mangku, itu harus bisa menerima masalah. Kemudian, hamengkoni, menyelesaikan masalah tanpa merembet kemana mana (kalau perlu masalah itu jangan sampe terseret keluar). Jadi politik yang mengku, mangku, hamengkoni,” tambahnya.

            Bidang budaya selanjutnya yaitu seni. Seni sebagai penyeimbang antara lahir dan batin dalam kehidupan manusia. Seni bukan perkara hiburan semata, tetapi melalui seni kita dapat mengolah rasa. Suroso menjelaskan, bahwa setiap kesenian jawa itu memiliki filosofi yang perlu dihayati. Misalnya dalam seni tari, kita mengenal Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Atau dalam seni karawitan, ada filosofi Neng Ning Nung Nang Nong. Neng (Meneng) artinya jika memiliki keinginan atau cita-cita baiknya kita merenungkannya. Ning (Wening) artinya merenungkan keinginan atau cita-cita itu harus dengan pikiran yang wening (bersih). Jika hati kita sudah wening/bersih, maka selanjutnya harus Nung, menjalaninya dengan semangat. Selanjutnya Nang  artinya kita harus melakukan apa yang semestinya dilakukan, memenuhi kewajiban-kewajiban kita, jangan di ulur-ulur. Terakhir, Nong (nong kono: di sana) maka apa yang kita inginkan itu bisa tercapai.

            Jika seni dapat menjadi penyeimbang antara lahir dan batin manusia, maka manusia juga membutuhkan bidang budaya selanjutnya yakni “Ilmu”. Meskipun ilmu sulit, butuh perjuangan panjang untuk memperolehnya atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Angel Tinemu”, akan tetapi Ilmu sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu kehidupan seseorang bisa semakin maju. Dalam menuntut ilmu tidak ada batasan usia atau batasan apapun, ilmu dapat kita peroleh dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja.

“Ilmu itu gemlethek ra’ entek entek (ada dimana-mana tidak akan habis)” ucap Suroso.

            6 bidang budaya yang telah dibahas di atas jelas sekali mengatur kehidupan manusia dengan sesama manusia. Pada bidang budaya selanjutnya sudah mulai memasuki aspek hubungan manusia dengan tuhan. Bidang budaya ke-7 adalah ketuhanan. Penghayat kepercayaan menyembah sang pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya bidang budaya ke-8 yakni filsafat. Filsafat dalam hal ini dimaknai sebagai Pancasila, kebenaran yang hakiki.

“Filsafat itu ya Pancasila, bagaimana menjadi manusia yang pancasilais, intinya begitu” tutur Suroso.

            Sedangkan bidang budaya yang terakhir yaitu mistik. Mistik bagi penghayat kepercayaan bukanlah ilmu hitam, sihir dan sebagainya. Mistik dalam penghayat kepercayaan adalah tata hubungan pribadi langsung dengan tuhan tanpa perantara.

“Caranya gimana? ya dengan semedi. Puncaknya mati sakjroning urip, ruh kita keluar mencari apa yang kita cari sedangkan raga kita disini,” jelas Suroso.

            9 bidang budaya ini pabila digambarkan akan membentuk tumpeng, dasarnya pribadi dan puncaknya mistik (hubungan manusia dengan tuhan). Kesemuanya ini memiliki sumbunya masing-masing, apabila dijalankan sesuai sumbunya, maka tidak akan terjadi benturan.         

Leave a Reply